Sulawesi Barat: Menggali Potensi Perikanan di Tengah Tantangan Infrastruktur dan Kebiasaan Konsumen

humasDKP(23/05/2025)-Sulawesi Barat memiliki potensi perikanan yang besar, namun realisasi produksi masih jauh dari optimal.  Rapat koordinasi antara Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Bank Indonesia (BI), dan para pemangku kepentingan mengungkap sejumlah hambatan yang perlu segera diatasi.  Laporan ini merangkum temuan dan rekomendasi penting dari rapat tersebut.

Potensi Produksi yang Terhambat

Data statistik mencatat produksi perikanan sebesar 76.000 ton, namun berdasarkan kapasitas armada penangkapan, potensi sebenarnya bisa mencapai 114.000 ton.  Selisih yang signifikan ini disebabkan oleh kurang maksimalnya fungsi pelabuhan perikanan, khususnya dalam hal pencatatan hasil tangkap.  Banyak pelabuhan, seperti di Kasiwa, belum memenuhi standar minimal 2 hektar, sehingga kapasitas pendaratan dan aktivitas perikanan lainnya terbatas.  Kondisi ini diperparah oleh kebijakan baru VMS dan pemutusan rumpon yang menyebabkan kelangkaan ikan selama beberapa bulan terakhir.  Pemasangan kabel bawah laut dan pendeteksian titik migas juga turut memperpanjang masa pemulihan.

Infrastruktur yang Belum Memadai

Minimnya infrastruktur pelabuhan menjadi kendala utama.  Selain luas lahan yang terbatas, ketersediaan depo BBM di pelabuhan juga sangat minim.  Hal ini menyebabkan tingginya biaya operasional nelayan, dengan selisih harga BBM yang mencapai Rp 5.000/liter.  Kondisi ini diperparah oleh penguasaan SPBN oleh segelintir “bos ikan”, yang mengakibatkan ketidakadilan distribusi BBM.  Cold storage yang tersedia juga belum dimanfaatkan secara optimal, karena masyarakat Sulawesi Barat masih lebih menyukai ikan segar daripada ikan beku, meskipun kualitasnya terjaga.

Kebiasaan Konsumen dan Strategi Pemasaran

Survei BI menunjukkan bahwa konsumsi ikan air tawar masih rendah di Sulawesi Barat, kecuali di Mamuju dan sebagian Polewali Mandar.  Kebiasaan konsumsi masyarakat Mandar yang lebih menyukai ikan laut menjadi tantangan dalam mendorong Gerakan Makan Ikan Air Tawar.  Sosialisasi yang kreatif dan menarik melalui media sosial perlu dilakukan untuk mengubah persepsi masyarakat.

Tantangan Budidaya dan Solusi yang Diusulkan

Budidaya ikan air tawar, khususnya nila salim, dipromosikan sebagai alternatif karena mudah dipelihara dan rasanya mirip ikan laut jika dibudidayakan di tambak air payau.  Namun, budidaya udang masih menghadapi kendala penyakit yang menyebabkan gagal panen.  Budidaya laut seperti KJA juga masih menghadapi tantangan ekonomi, karena biaya operasional yang tinggi dan harga jual yang sama dengan ikan tangkap.

Rekomendasi untuk Kemajuan Sektor Perikanan

– Peningkatan Infrastruktur:  Pembangunan dan peningkatan infrastruktur pelabuhan, termasuk perluasan lahan, penyediaan depo BBM, dan fasilitas penunjang lainnya, sangat mendesak.

– Optimalisasi Cold Storage:  Sosialisasi yang efektif tentang manfaat cold storage dan kualitas ikan beku perlu dilakukan untuk meningkatkan minat masyarakat.  Dukungan investor dan pengelola cold storage juga diperlukan.

– Diversifikasi Usaha:  Peningkatan jumlah “bos ikan” untuk menciptakan persaingan yang sehat dan menstabilkan harga di pasar.  Diversifikasi usaha perikanan juga perlu didorong.

– Gerakan Makan Ikan Air Tawar:  Sosialisasi yang kreatif dan berbasis media sosial perlu dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ikan air tawar, disesuaikan dengan karakteristik sosial budaya lokal.

– Kajian Kolaboratif:  Kajian efisiensi rantai pasok dan skema stok penyangga perikanan perlu dilakukan secara kolaboratif antara DKP dan BI.

Dengan mengatasi hambatan infrastruktur, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan, Sulawesi Barat dapat mewujudkan potensi perikanannya yang besar untuk kesejahteraan masyarakat(wrt/fdl)

Wordpress Social Share Plugin powered by Ultimatelysocial
YouTube
Instagram
Tiktok