humasDKP(28/112024)–Lingkungan Tambi, Mamunyu, pagi ini tampak lebih ramai dari biasanya. Suasana pesisir yang biasanya tenang mendadak hidup dengan diskusi hangat. Masyarakat pesisir, pemerhati lingkungan, dan penyuluh perikanan berkumpul untuk menghadiri acara sosialisasi yang digelar oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Barat. Dengan semangat melestarikan ekosistem laut, acara ini diresmikan oleh Abd. Gani, Kabid Perikanan Tangkap dan Tata Ruang Laut.
Menyelamatkan Biota Laut yang Dilindungi
Salah satu sorotan utama dalam sosialisasi ini adalah perlindungan penuh terhadap spesies laut seperti hiu paus, pari manta, dan penyu. Narasumber dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) KKP mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan ekologi laut. “Penyu, misalnya, tidak hanya lucu dan menarik, tapi juga menjaga ekosistem dengan memangsa ubur-ubur dan alga,” ujar Koordinator Sahabat Penyu.
Ancaman dan Upaya Perlindungan
Meskipun biota laut memiliki peran penting dalam ekosistem, ancaman seperti reklamasi, penangkapan ikan destruktif, dan penebangan mangrove masih mengintai. Satuan Pengawasan SDKP menekankan bahwa pengawasan ketat berdasarkan UU No. 27/2007 dan UU No. 11/2020 harus ditegakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Penyu: Penjaga Ekosistem Laut
Indonesia beruntung memiliki enam dari tujuh spesies penyu dunia. Penyu tidak hanya menjadi penjaga ekosistem laut, tetapi juga penanda kesehatan lingkungan laut. “Bayangkan jika penyu punah,” kata Koordinator Sahabat Penyu, “ubur-ubur akan berkembang pesat dan mengganggu keseimbangan ekosistem.”
Dr. Suyuti, Kepala DKP Sulbar, menyampaikan harapan terbaiknya. “Kita semua punya peran penting dalam menjaga laut. Laut yang sehat berarti ketahanan pangan yang kuat, ekonomi yang berkelanjutan, dan masa depan yang lebih cerah.”
Kegiatan ini bukan sekedar sosialisasi biasa, tetapi juga panggilan untuk bertindak. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat pesisir, harapan akan lautan yang lestari di Sulawesi Barat semakin nyata.