humas(31/01/2025) – Warga Pulau Karampuang, Mamuju, digegerkan dengan temuan seekor paus besar yang terdampar di pantai bagian barat pulau Karampuang, Mamuju (Jumat,31/01/2025) pagi tadi. Saat pertama kali ditemukan, mamalia laut ini masih dalam kondisi hidup, tetapi mengalami luka-luka akibat terdampar di perairan yang dangkal dan berbatu. Upaya penyelamatan pun dilakukan, namun paus akhirnya tidak dapat bertahan dan mati.
Penanganan Bangkai Paus
Setelah paus dipastikan tidak dapat diselamatkan, warga bersama pihak berwenang, termasuk Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, berinisiatif menangani bangkai tersebut. Mengingat ukuran paus yang besar, metode yang dipilih adalah menarik bangkai ke perairan lebih dalam dan menenggelamkannya. Langkah ini merupakan metode yang umum diterapkan untuk menangani mamalia laut besar yang mati di laut, guna menghindari dampak ekologis yang lebih luas di daratan.
Menurut Nuralim (BPSPL Makassar), jenis paus ini belum dapat diidentifikasi secara pasti. Namun, berdasarkan ukuran dan ciri fisiknya, dugaan sementara menunjukkan bahwa paus tersebut kemungkinan besar adalah paus sperma (Physeter macrocephalus). Paus sperma merupakan spesies yang umum bermigrasi di perairan Indonesia, terutama di perairan dalam sekitar Sulawesi dan perairan Samudra Hindia.
Wilayah Perairan Sulawesi Barat : Jalur Migrasi Mamalia Laut
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat, Dr. Suyuti, menyatakan bahwa perairan Sulawesi Barat merupakan jalur migrasi berbagai jenis biota laut, termasuk paus. Oleh karena itu, kejadian paus terdampar di wilayah ini bukanlah hal yang sepenuhnya mengejutkan.
“Paus dan mamalia laut lainnya memang sering bermigrasi melintasi perairan kita, terutama saat perubahan musim. Sayangnya, dalam beberapa kasus, paus dapat terdampar karena berbagai faktor, baik alami maupun akibat aktivitas manusia,” ujar Dr. Suyuti.
Penyebab Paus Terdampar: Faktor Alam dan Aktivitas Manusia
Fenomena paus terdampar telah menjadi perhatian ilmuwan kelautan selama bertahun-tahun. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab utama kejadian ini meliputi:
- Jalur Migrasi Tahunan
Paus merupakan hewan migrasi yang berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain untuk mencari makanan dan berkembang biak. Dalam proses ini, beberapa individu dapat tersesat dan berakhir di perairan dangkal yang tidak sesuai untuk kelangsungan hidupnya. - Kebisingan Laut
Aktivitas manusia di laut, seperti penggunaan sonar militer, eksplorasi minyak dan gas, serta lalu lintas kapal besar, dapat menghasilkan gelombang suara frekuensi tinggi yang mengganggu sistem navigasi paus. Hal ini bisa menyebabkan mereka kehilangan orientasi dan akhirnya terdampar di pantai. - Perubahan Iklim dan Arus Laut
Fenomena perubahan iklim menyebabkan naiknya suhu air laut, perubahan pola arus, serta perubahan ketersediaan makanan. Paus yang bergantung pada pola migrasi tertentu mungkin kesulitan menemukan jalur yang aman dan justru masuk ke wilayah perairan yang berbahaya bagi mereka. - Bencana Alam
Gempa bumi bawah laut dan tsunami dapat berkontribusi terhadap terdamparnya paus. Perubahan mendadak pada kontur dasar laut akibat gempa bisa membingungkan paus yang mengandalkan navigasi sonar, sehingga mereka masuk ke perairan dangkal tanpa bisa kembali ke laut dalam. - Pencemaran Laut
Sampah plastik dan polusi kimia di lautan juga menjadi ancaman bagi paus. Banyak laporan menunjukkan bahwa paus yang mati terdampar sering ditemukan dengan perut penuh sampah plastik, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan kematian.
Perlunya Upaya Konservasi dan Mitigasi
Kasus paus terdampar di Pulau Karampuang ini menjadi pengingat bahwa ekosistem laut kita semakin rentan terhadap berbagai gangguan, baik dari faktor alam maupun aktivitas manusia. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah mitigasi, seperti:
Peningkatan pemantauan jalur migrasi paus melalui teknologi satelit dan patroli laut.
Pengurangan kebisingan laut dengan mengatur aktivitas sonar dan eksplorasi bawah laut.
Kampanye pengurangan sampah plastik di laut untuk mencegah pencemaran yang membahayakan mamalia laut.
Pendidikan masyarakat pesisir agar lebih siap menghadapi kejadian paus terdampar dan memahami cara penanganan yang sesuai.
Dengan adanya kesadaran dan upaya konservasi yang lebih serius, diharapkan kejadian serupa dapat diminimalkan di masa depan. Paus, sebagai salah satu indikator kesehatan ekosistem laut, harus dilindungi agar keseimbangan alam tetap terjaga(wrt/qdr).