humasDKP(24/04/25)-Provinsi Sulawesi Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 1.457.481 orang. Sulawesi Barat memiliki daratan dengan luas 16.916,02 km2 dan lautan dengan luas 19.848,56 km2 serta pesisir pantai sepanjang 663,02 km. Dari garis pantai ini, Sulbar memiliki jumlah pulau sebanyak 69 pulau yang terdiri atas 41 pulau-pulau kecil di wilayah laut dan 28 pulau-pulau kecil di wilayah delta/ sungai.

Perairan di Sulawesi Barat terletak pada jalur ALKI II yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran internasional, sehingga memiiki nilai strategis karena menghubungkan lalu lintas perairan dan perdagangan internasional dari Afrika ke Asia Tenggara dan Jepang serta dari Australia ke Singapura dan Tiongkok serta Jepang dan sebaliknya.

Kawasan perairan Kepulauan Balabalakang yang secara administratif merupakan wilayah Provinsi Sulawesi Barat terletak di tengah-tengah jalur tesebut, sehingga memiliki potensi besar dalam mendukung perekonomian daerah maupun nasional. Selain itu dengan hadirnya Ibukota Negara Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur dapat menjadikan Sulawesi Barat sebagai penopang IKN serta menjadikan Kep. Balabalakang menjadi halaman depan dan wajah Sulbar.

Secara geografis, Kepulauan Balabalakang merupakan gugusan pulau terluar Pronvinsi Sulawesi Barat, yang terletak di sebelah barat Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat dan sebelah timur Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur. Kepulauan Balabalakang mencakup dua desa, diantaranya adalah Desa Balabalakang dan Desa Balabalakang Timur. Terdapat 23 pulau di Kepulauan Balabalakang, 17 pulau diantaranya merupakan Kawasan Konservasi Perairan Daerah yang telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui KEPMEN KP Nomor 47 Tahun 2022 tentang Kawasan Konservasi di Perairan di Wilayah Kepulauan Balabalakang Provinsi Sulawesi Barat.

Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Tujuan kawasan konservasi di wilayah Kep. Balabalakang antara lain untuk melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati laut seperti terumbu karang, padang lamun, habitat penyu, dan habitat kima. Manfaat dari pengelolaan kawasan konservasi secara ekonomi dapat dirasakan secara langsung dengan meningkatnya aktifitas pariwisata dan meningkatnya produksi perikanan akibat terpeliharanya ekosistem

*Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan laut berkelanjutan untuk mendukung swasembada pangan.

Provinsi Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi di Sulawesi yang memiliki kewenangan dalam mengelola potensi sumber daya ikan laut yang berada di WPPNRI 713. Letak geografis Sulawesi Barat yang berhadapan dengan Selat Makassar membuat daerah ini menjadi salah satu provinsi yang sangat potensial di sub sektor perikanan, khususnya bagi perikanan laut (tangkap) dari berbagai jenis ikan pelagis dan ikan demersal serta ikan-ikan terumbu karang. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga inflasi dan swasembada pangan nasional.

Sebagai gambaran data statistik perikanan tangkap Sulawesi Barat pada tahun 2023 sebesar 69.739 ton. Dari analisis data produksi perikanan tangkap berdasarkan kelompok jenis ikan, diperoleh keterangan mengenai adanya beberapa jenis ikan yang dominan tertangkap oleh nelayan adalah jenis ikan pelagis besar. Produksi kelompok ikan pelagis besar yang dominan tertangkap adalah jenis ikan tuna, yaitu jenis tuna mata besar (Thunnus obesus) dan madidihang atau tuna ekor kuning (Thunnus albacares).

Selain potensi perikanan tangkap, kondisi perairan di Sulawesi Barat juga potensial untuk pengembangan budidaya perairan. Secara keseluruhan, kegiatan budidaya yang dapat dikembangkan di Sulawesi Barat adalah budidaya tambak dan karamba jaring apung (KJA). Adapun komoditas yang dapat dibudidayakan di laut antara lain ikan kerapu, beronang, kakap melalui budidaya sistem keramba jaring apung (KJA). Selain itu, rumput laut (Euchema sp.) juga potensial dikembangkan di perairan Sulawesi Barat. produksi budidaya di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2023 mencapai 101.131 ton.

Pemanfaatan sumber daya perikanan oleh nelayan di Kepulauan Balabalakang Kab. Mamuju saat ini menggunakan teknologi penangkapan yang sederhana yaitu pancing, peralatan selam/kompresor, bubu dan sebagian kecil menggunakan pukat pantai. Umumnya nelayan menggunakan jenis perahu kecil tak bermesin yang digunakan untuk memancing ikan-ikan memiliki nilai ekonomi tinggi (sunu/kerapu) dan jenis ikan lainnya yang layak untuk di konsumsi. Selain itu lobster dan teripang juga merupakan hasil tangkapan nelayan di perairan Balabalakang. Pilihan menangkap ikan kerapu/sunu, lobster dan teripang menjadi pilihan nelayan setempat karena jenis komoditas ini harganya tinggi dan banyak tersedia di Kepulauan Balabalakang. Alasan lain adalah terbuka luasnya pasar/pembeli ikan baik yang datang ke pulau-pulau membeli hasil atau melalui nelayan pengumpul yang bekerjasama dengan perusahaan ikan yang berdomisili di Balikpapan, Kalimantan Timur. Adapun produksi perikanan yang menjadi unggulan adalah ikan kerapu/sunu, lobster dan teripang, berbagai jenis ikan kering, seperti; ikan katamba, ikan cakalang dan ikan sunu dan ikan terumbu karang lainnya.

Kondisi eksisting untuk pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut Kepulauan Balabalakang

Berdasarkan dokumen Final Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Balabalakang (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat, 2023), kondisi eksisting sumberdaya kelautan dan perikanan di beberapa pulau di Kep, Balabalakang adalah:

  1. Pulau Salissingan. Pulau Salissingan merupakan tonggak perubahan modernisasi dan perkembangan jenis alat tangkap sumber daya perikanan di kawasan konservasi Kepulauan Balabalakang, hal ini dikarenakan pulau ini merupakan pulau yang terdekat jaraknya dengan Kota Balikpapan dibandingkan dengan pulau pulau lain dan merupakan sumber pasokan BBM yang sering diakses oleh nelayan pendatang (Takalar, Makassar, Majene, Bali, Madura), sehingga penyebaran informasi akan jenis alat tangkap baru, cara, kemudahan pengoperasian dan penggunaan cepat diadopsi oleh nelayan setempat. Jenis hasil tangkapan nelayan di Pulau Salissinagn didominasi oleh jenis-jenis ikan terumbu karang baik hidup maupun mati. Produk hasil tangkapan hidup dipasarkan ke pedagang pengumpul yang memiliki sarana penampungan sementara seperti KJA, sedangkan produk hasil tangkapan mati dipasarkan kepada pedagang pengumpul lokal ke daerah Balikpapan.
  2. Pulau Saboyang. Potensi sumber daya hayati laut merupakan sumber penghasilan utama masyarakat setempat. Jenis pemanfaatan yang dominan adalah perikanan tangkap dengan target ikan-ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti ikan kerapu dan lobster hidup. Armada penangkapan yang digunakan seluruhnya bertipe jolloro dengan penggunaan beberapa jenis alat tangkap seperti; pancing, pukat, bubu, bom dan bius. Keanekaragaman hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan setempat didominasi oleh ikan terumbu karang, beberapa jenis ikan kerapu yang sering ditangkap oleh nelayan seperti sunu (Plectropomus maculates), kerapu bebek (Cromileptis altivels), kerapu macam (Epinephelus fuscoguttatus) dan kerapu lumpur (Epinephelus tauvine). Hasil tangkapan lain yang diperoleh masyarakat setempat adalah teripang (Holothuria sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), kakap merah (Lutjanus sp), tongkol (Thunnus sp), katamba dan lain-lain.
  3. Pulau Samataha. Nelayan Pulau Samataha melakukan kegiatan penangkapan yang terkonsentrasi pada daerah taka/ batu di laut. Adapun wilayah-wilayah tersebut seperti Taka Ende, Taka Leko, Gusung Durian sekitar 12 mil laut di sebelah barat pulau, Gusung Lenggang di sebelah barat laut pulau, Gusung Lumu-Lumu di sebelah selatan pulau. Jenis-jenis ikan ekonomis penting yang menjadi target utama penangkapan di Pulau Samataha didominasi oleh kelompok ikan terumbu karang/demersal (ikan kerapu/sunu dan lencam), kelompok ikan pelagis besar (ikan cakalang, tongkol, dan tuna kecil) dan kelompok Crustaceae dan Holothuridae (lobster, teripang). Sementara untuk ikan ikan pelagis kecil dan ikan demersal lainnya lebih banyak diperuntukkan untuk konsumsi rumah tangga dan untuk dikeringkan.
  4. Pulau Popoongan. Prioritas hasil tangkapan yang merupakan ikan ekonomis penting di Pulau Popoongan seperti teripang, sunu, kerapu dan lobster dengan kondisi hidup.
  5. Pulau Lamudaan. Aktivitas mata pencaharian penduduk pulau ini didominasi sebagai nelayan penyelam/ teripang (pa’sawalla), nelayan bubu (pa’dapo) dan nelayan pemancing menjadikan daerah penangkapan (fishing ground) berada di sekitar pulau-pulau Desa Balabalakang Timur yang ditandai dengan adanya beberapa taka-taka dengan kedalaman 20-28 meter untuk para penyelam teripang.
  6. Pulau Labia.. Hasil tangkapan nelayan di pulau ini adalah ikan sunu hidup, kerapu, tongkol, cakalang, katamba dll.
  7. Pulau Seloang. Secara umum, jenis sumber daya laut yang ditangkap oleh nelayan di perairan Pulau Seloang sangat bervariasi. Jenis-ikan yang ditangkap adalah jenis ikan permukaan, ikan terumbu karang dan ikan perairan dalam. Jenis-jenis ikan ini antara lain lobster (Panulirus sp), kerapu tikus (Cromileptes altivelis) dan beberapa jenis ikan kerapu (Ephinephelus spp), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), katamba, hiu, kakap dan sebagainya.

Potensi tersebut diatas jika dikelola dan dimanfaatkan dengan bijak akan menjadi kekuatan untuk mencapai swasembada pangan di Sulawesi Barat.

“Suyuti Marzuki” Kadis Kelautan dan Perikanan Prov. Sulawesi Barat.

By Dinas Kelautan dan Perikanan

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat

Wordpress Social Share Plugin powered by Ultimatelysocial
YouTube
Instagram
Tiktok