MAJENE : Jejeran kursi berwarna biru berderet rapi lalu kemudian Abdullah duduk bersama tujuh koleganya sesama petani bawang di Desa Pamboborang, Kecamatan Banggae Majene Sulawesi Barat. Di depannya terhidang pisang goreng, gula aren yang telah diurai serta sambel tumis yang mengundang selera untuk segera menyantapnya. Akan tetapi, Abdullah dkk tak pernah menyentuhnya. Mereka menanti tamu yang tiba tiba akan datang menemui mereka, Jumat 13 Juni 2024.

Abdullah bersama rekannya sesekali berdiri melihat jauh ke depan, hamparan jalan berkelok kelok di atas bukit tempat dia dan rekannya menanam bawang. Topi yang ia kenakan nampak bergeser ke samping oleh karena kencangnya derai angin yang berhembus di pebukitan. “Itue sudah kelihatanmi mobilnya Pak Gubernur” ujar Abdullah kepada rekannya. Serta merta rekan Abdullah sesama petani pun berdiri menyambut kehadiran Pj Bahtiar di areal perkebunan bawang milik warga Pamboborang.

Di bukit ini Abdullah bercocok tanam jenis bawang merah bersama petani lainnya. Boleh dikata areal pertanian bawang terbesar di Sulbar ada di Desa Pamboborang, Kabupaten Majene yang memiliki lahan seluas 140 hektare. Jalan menuju Pamboborang penuh perjuangan. Selain pebukitan juga perjalanan berkelok kelok dan terjal. Pada bagian kiri terlihat jurang yang terjal. Jalan menuju kampung bawang merah ini hanya satu jalur sehingga jika bertemu dengan roda empat maka satu diantanya yang harus mengalah.

Di sinilah, kampung Galung Paara tujuan Pj Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin menemui para petani bawang merah. Di desa ini sudah memasuki tahun ke enam para petani menanam bawang merah. Dalam hitungan kasar petani, mereka dapat memproduksi hingga 60 ton perton pertahun.
“Aih, sedikit itu. Berarti ada yang keliru” seru Pj Bahtiar kepada Abdullah dkk ketika menginjakan kakinya di kampung Galung Paara.

Awal percakapan inilah memantik para petani langsung nyetel dengan orang nomor satu di Sulbar ini. Para petani tertawa seolah yang mereka ajak ngobrol adalah rekannya. Bahkan sesekali saling tos lalu tertawa lepas begitupula Pj Bahtiar yang langsung beradaptasi dengan suasana kediaman para petani Galung Paara.
“Saya juga petani. Rumahku pas pinggir sawah di Bone” kata Bahtiar.

“Aih, ndak kusangka ke sini ki Pak Gubernur” ujar Abdullah.
Bahtiar hanya tersenyum sambil menyodorkan pisang goreng. “Ehh makanki. Apa yang saya makan kita makan juga bos” ajak Bahtiar sambil menyodorkan pisang goreng yang khusus dihidangkan buat dirinya.

Antara Pj Bahtiar dan para petani ini saling duduk berhadapan. Beragam pertanyaan dari para petani semunya dijawab santai oleh Pj Bahtiar. Termasuk saat petani bertanya soal pisang cavendish dan sukun.

Kata Bahtiar di wilayah pegunungan Majene tersebut memiliki potensi yang luar biasa. Masih ada ribuan hektar yang tersisa dari 140 hektar yang telah ditanami oleh petani. Selama ini sebut Bahtiar bawang merah dipasok dari Enrekang, Bima dan tempat lain.
“Ini potensi kita luar biasa dengan lahan 140 hektare bawang, ini harus kita dorong berkembang lagi, karena potensinya masih ada ribuan hektare,” tandas Bahtiar.

Selama ini curhat petani, mereka kesulitan dalam hal ketersediaan air buat menyiram lahan bawang mereka. Hal inilah yang membuat para petani keteteran menghadapi musim kemarau pada saat tanaman sedang mulai tumbuh subur.

“Oke. Saya bantu sedikit yah. Ini dari saya pribadi. Silahkan gunakan untuk kebutuhan pertanian kalian agar lebih produktif” imbuh Bahtiar.

Bahtiar menyarankan agar para petani harus mandiri sebab selama ini bawang yang masuk ke Sulbar berasal dari Enrekang, Bima dan tempat lain.”Sulbar harus mampu mandiri, kalau bisa produksi sendiri kenapa harus ambil diluar,” ujarnya.

Sementara itu para petani terus menyimak saran dan asa dari Pj Bahtiar. Mereka tak segan segan memotong pembicaraan dan langsung bertanya kepada Pj Bahtiar.

“Alhamdulillah luar biasa, kita tidak sangka didatangi Pj Gubernur. Kami sebagai masyarakat dan petani sangat bahagia,” kata Abdullah , petani bawang di Pamboborang

Dia sendiri heran sebab Pj Bahtiar sangat memahami soal pertanian. Dimana mendorong agar pertanian di Sulbar terus mengalami perkembangan.

“Saran Gubernur tadi sangat masuk akal, ini menambah pengetahuan kami dalam bertani. Jadi kami tidak sangka akan dihadiri Pj Gubernur,” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut Pj Bahtiar juga mengajak para petani agar memanfaatkan program KUR dari perbankan. Hal ini bertujuan agar petani tidak terjebak pada rentenir.
“Jadi saya minta teman-teman perbankan bisa dibantu lewat mekanisme KUR super mikro dibawah Rp 100 juta tanpa agungan. Ini sudah peraturan Menteri Perekonomian dengan 60 persen per tahun dan bisa dibayar setelah panen,” imbuhnya.

Tetapi kata Bahtiar supaya perbankan berkoneksi dengan petaninya maka Pemda harus mendampinginya. Harus ada penyuluh supaya ekosistemnya terbentuk.

Menjelang sore Bahtiar meninggalkan lokasi pegunungan bawang merah milik Abdullah dkk. Bahtiar yang belum cukup sebulan bertugas di Sulbar berjanji akan kembali lagi untuk mengecek perkembangan lahan perkebunan bawang tersebut.

“Nah ini lagi ada hadiah saya kasiki. Bibit cabe” ujar Bahtiar sesaat sebelum meninggalkan lokasi tersebut. Sementara pemandangan dk sebelah kanan dan kiri, telah menampakan kabut yang setiap saat akan menutup jalur yang akan dilalui oleh Pj Bahtiar. (Rls)

By Dinas Kelautan dan Perikanan

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat

Wordpress Social Share Plugin powered by Ultimatelysocial
YouTube
Instagram
Tiktok