humasDKP(8/10/25) — Bagaimana jika teknologi pintar dan ekonomi sirkular dapat menyelamatkan laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir? Pertanyaan inilah yang menjadi titik awal pertemuan antara Delegasi AIC PAIR (Partnership for Australia–Indonesia Research) dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat (DKP Sulbar) di Aula DKP Sulbar, Rabu (8/10).
Audiensi yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulbar, Suyuti M, didampingi Kabid Perikanan Budidaya Roswati Panas, turut dihadiri oleh Delegasi AIC PAIR yang diketuai oleh Dr. Nana Saleh , perwakilan peneliti Universitas Hasanuddin Makassar, serta pelaku usaha garam kristal Barane, Majene dan staf teknis perikanan budidaya.
Perubahan Iklim dan Masyarakat Pesisir Jadi Fokus Riset
Dalam audiensi tersebut, Perwakilan tim memaparkan tema riset utama PAIR yaitu “Perubahan Iklim dan Masyarakat Pesisir di Sulawesi”. Riset ini berupaya merumuskan solusi berbasis data untuk menjawab tantangan adaptasi iklim di wilayah pesisir Indonesia Timur, termasuk Sulbar.
Rencana hasil riset (output) mencakup ringkasan kebijakan, panduan teknis, prototipe teknologi, hingga rekomendasi untuk perluasan skala (scaling-up). Melalui pendekatan lintas disiplin, penelitian ini diharapkan menghasilkan teknologi yang dapat langsung diterapkan oleh masyarakat dan pemerintah daerah.
Tiga Fokus Utama: Sirkularitas, Net Zero, dan Kesehatan Iklim
Ada tiga area fokus yang dikembangkan dalam kerangka penelitian PAIR di Sulawesi:
- Solusi Ekonomi Sirkular
Menjelajahi strategi berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas budidaya dan pengolahan rumput laut di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. - Emisi Net Zero di Fasilitas Kesehatan
Mengembangkan solusi inovatif menuju transisi rendah karbon di fasilitas kesehatan pesisir di Sulawesi Utara dan Gorontalo. - Krisis Iklim dan Kesehatan
Mengkaji dampak krisis iklim terhadap kesehatan masyarakat serta memperkuat sistem perlindungan sosial adaptif di Sulawesi Tengah dan Tenggara.
Rumput Laut, Pilar Ekonomi Sirkular yang Berkelanjutan
Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, dengan lebih dari 267.000 rumah tangga pesisir bergantung pada sektor ini (PAIR, 2021). Namun, di balik potensi besar tersebut, masih terdapat tantangan besar seperti polusi plastik, inefisiensi rantai pasok, dan dampak perubahan iklim terhadap produktivitas.
PAIR menawarkan pendekatan ekonomi sirkular (Circular Economy/CE) sebagai solusi. Model ini berupaya mengubah sistem ekonomi linier tradisional “ambil, buat, buang” menjadi sistem “lingkaran tertutup” yang memastikan semua material didaur ulang, digunakan kembali, atau diperbarui.
Melalui budidaya rumput laut berkelanjutan dengan teknologi pintar, penelitian ini menghadirkan manfaat nyata bagi petani:
- Pemantauan data real-time untuk meningkatkan hasil dan menekan kerugian.
- Akses pasar yang transparan dan peningkatan pendapatan petani.
- Alat digital adaptif terhadap iklim yang membantu efisiensi dan mengurangi limbah.
- Chatbot berbahasa lokal agar teknologi mudah diakses semua petani.
Kepala DKP Sulbar, Suyuti M, menyambut positif inisiatif tersebut.
“Kolaborasi riset seperti ini sangat penting. Dengan pendekatan ilmiah dan teknologi tepat guna, masyarakat pesisir bisa menjadi pelaku utama dalam ekonomi biru yang berkelanjutan,” ujarnya. “research yang akan kitab laksanakan ini merupakan salah satu kegiatan penting dalam mendukung PANCADAYA Gubernur Sulbar, Suhardi Duka dan Wakil Gubernur, Salim S Mengga” pungkas Suyuti
Kebijakan Pintar untuk Industri Rumput Laut Sirkular
Hasil penelitian PAIR diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) yang lebih cerdas, seperti:
- Regulasi yang jelas untuk pengembangan industri rumput laut berkelanjutan.
- Dukungan khusus bagi produsen skala kecil.
- Perlindungan perairan pesisir dan peningkatan kesejahteraan nelayan.
- Upaya menjadikan Indonesia sebagai pemimpin global industri rumput laut sirkular.
Tantangan Sosial yang Masih Perlu Diangkat
Selain fokus teknis, peserta audiensi juga menyoroti isu sosial yang belum banyak tersentuh riset PAIR, seperti:
- Kebutuhan keterampilan bagi petani, eksportir, dan pembuat kebijakan.
- Peran generasi muda dan perempuan dalam industri pesisir.
- Akses dan inklusi bagi penyandang disabilitas.
- Penguatan peran organisasi masyarakat sipil dalam kebijakan kelautan.
Menatap Masa Depan Laut Indonesia
Kolaborasi riset AIC PAIR dan DKP Sulbar menjadi langkah strategis menuju transformasi digital dan ekologis sektor kelautan Indonesia Timur. Melalui integrasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebijakan publik, riset ini diharapkan tak hanya menjawab tantangan iklim, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan ekonomi biru yang inklusif dan berkelanjutan.